Gray Cloud : Hari Penentuan
Sebelunya bisa dilihat di sini : Gray Cloud Part 1
Hari ini aku sedang gelisah menunggu hasil dari test ku apakah aku lolos atau tidak, tidak aku tak boleh berpikir seperti itu aku harus berpikir aku lolos dan menghilangkan kata gagal dalam benaku. Aku pergi kesekolah dan mencoba mencari informasi di mading tetapi disana tidak ada informasi apapun. Ketika aku masuk kelas aku lihat belum ada siapa-siapa dan aku sadar aku datang terlalu pagi hari ini.
Hari ini aku sedang gelisah menunggu hasil dari test ku apakah aku lolos atau tidak, tidak aku tak boleh berpikir seperti itu aku harus berpikir aku lolos dan menghilangkan kata gagal dalam benaku. Aku pergi kesekolah dan mencoba mencari informasi di mading tetapi disana tidak ada informasi apapun. Ketika aku masuk kelas aku lihat belum ada siapa-siapa dan aku sadar aku datang terlalu pagi hari ini.
Sudah setengah jam kelas masih berisikan aku saja. Kemana ya teman-temanku yang lainnya dalam hati aku bergumam ” hari ini mereka pada kemana ya?”tiba-tiba ada satpam sekolah datang ke kelasku.
“ de gin ko ada disini?” tanya satpam itu.
“ lah pak ya untuk sekolah” jawabku.
“ emang de gin gak tau hari ini libur?” tanya nya lagi.
“ hah masa pak ? tanyaku balik.
“ iya para guru kemarin rapat dan meliburkan sekolah hari ini, katanya ada yang perlu diurus” jawabnya.
“ lah anak-anak yang lainya juga tahu??” tanyaku.
“nggak juga mereka sama kaya kamu cuman tadi bapak kasih tahu mereka di gerbang sekolah” jawabnya.
“ ohh gitu ya pak, ya udah saya pulang aja deh pak terima kasih” balasku dambil pamit pergi keluar.
Ternyata hari ini libur dan aku tak tahu rasanaya sepi sepanjang jalan aku terus melamun memikirkan kemungkinan yang menakutkan akan testku. Dalam hati aku terus berdo’a dan berdo’a lamanya aku berjalan tak sadar aku sudah didepan rumah dan betapa terkejutnya diriku teman-teman kelasku ada halaman rumahku beserta guru dan kepala sekolahku.
“ hey gin kemana aja? Ditungguin dari tadi” tanya seorang temanku.
“ aku....ke.....sekolah” jawabku sambil menerka nerka apa yang terjadi.
Kemudian wali kelasku datang menghampiriku dan memegang bahuku.
“ Ginanjar bapak bangga sama kamu nak” ucap wali kelasku.
“ hah emangnya ada apa ini? “ tanyaku.
Serempak semua teman temanku berkata “ Ginanjar Adji Putra Selamat atas Beasiswa yang kamu dapatkan”
“Apa??” aku hanya bengong.
“ nak selamat kamu berhasil mendapatkan beasiswa itu” jawab sang wali kelas memecahkan lamunanku.
Merasa tak percaya mendengar itu aku langsung lemas tak berdaya akhirnya do’a do’a ku terkabulkan aku sangat senang dan menangis didepan mereka.
“ yahhh si cengeng mulai” ucap temanku.
“ Kamu harus janji ya gin kamu harus membawa kesuksesan ke desa kita dan mewakili SMA kita di sana” ucap salah satu temanku.
Aku hanya mengangguk sambil menghapus air mata dan berkata “ya aku janji dan terima kasih semuanya”. Kemudian ibu dan ayahku serta saudariku menghampiriku dan memeluku dan menangis haru atas keberhasilanku. Setelah itu kami merayakannya bersama teman-temanku guru dan keluargaku, dan aku dikasih tahu bahwa wali kelasku pada malam hari menemui teman-temanku dirumahnya untuk kabar gembira ini, sungguh kau merupakan guru yang luar biasa aku bangga menjadi muridmu pak.
Beberapa bulan setelah itu kami lulus dan kami berpisah dengan semuanya beberapa dari kami ada yang pergi merantau ke kota dan ada yang menetap di sini sebagai nelayan atau petani meneruskan usaha keluarga dll. Kini kakaku ratna sudah menikah dengan pemuda baik adik ku mulai belajar dengan giat dan berkata ingin seperti diriku dan akupun pergi ke kota untuk melanjutkan perjuanganku dalam menuntut ilmu.
Megahnya Tempatku Belajar
Ibu ayah kini aku adalah seorang mahasiswa do’a kalian akan selalu membimbing perjuanganku di kampus ini dan di kota ini. dalam menjalani kehidupan disini sangat keras orang-orang sibuk dan tak saling peduli hanya segelintiran orang yang memiliki kepedulian satu sama lain. Aku disini kuliah sambil kerja karena ku tau aku tak bisa hanya mengandalkan orang tua dan untung teman kostku sangat baik dia berasal dari pulau seberang dan berasal dari keluarga yang berada, di kala susah dia selalu membantuku, dan dia bernama hermansyah yang suka ku panggil herman
Tempatku belajar begitu megah dengan halaman yang luas gedung yang besar dan ilmu yang berlimpah untuk aku pelajari aku mengambil jurusan Teknik kelautan motivasiku untuk membuat desaku berkembang kearah yang lebih baik dan aku bekerja di toko buku sebagai pelayan walalupun gajihnya tak seberapa tak apa yang penting bisa bertahan hidup dan yang lebih penting aku diperbolehkan untuk membaca buku yang ada disana.
Suatu hari aku disuruh oleh majikanku untuk mengantar anaknya liburan ke pantai bersama kawan-kawanya dia khawatir terjadi apa apa pada anak perempuannya yang juga seorang mahasiswa, awalnya anaknya itu menolak dan tidak setuju kalo aku harus ikut tapi apa daya kuasa orang tua sangat besar dan akhirnya dia setuju. Dan kebetulan pantai yang mereka tuju berada di desaku, lalu aku meminta lebih kepada majikanku untuk jasa menjaga anaknya ini diapun mengerti dan akan memberikanku uang, tapi bukan uang yang aku ingin, aku lebih menginginkan beberapa buku bekas yang tak laku untuk adiku risma dan diapun setuju untuk memberikannya sebagai imbalan.
0 Response to "Gray Cloud : Hari Penentuan"
Post a Comment