Kianisa
Selamat pagi pembaca. ini merupakan judul cerita yang kedua dan masih dari penulis yang sama yaitu Castophelia, Sebenernya cerita ini sudah diposting di situs Castophelia dan jika kalian penasaran disana udah di post sampe bagian cerita yang terakhir alias tamat disini zonaiya hanya sekedar repost aja karena jika diperhatikan situs tersebut sudah tidak akan update lagi.
Tanpa panjang lebar kita langsung aja kecerita. Selamat Membaca.
Patah hati!! Pernahkah kalian merasakan patah hati ? dimana perasaan kita berasa hancur begitu saja tanpa mengetahui apa yang perlu kita perbuat, dan apakah kalian pernah merasakan bagaimana patah hati paling hebat dalam hidup kalian? Baru-baru ini gue mengalami hal tersebut.
Bagaimana gue bisa ngerasain hal tersebut? Itu karena salah gue dalam mencintai seseorang, mencintai dengan penuh harap bisa bersama orang yang gue suka. Nyatanya harapan tak selalu berbanding lurus dengan kenyataan, meski gue perjuangkan perasaan ini namun persaannya bukan untuk gue karena ruang dihatinya telah ia persiapkan untuk seseorang yang teramat spesial dalam hidupnya seseorang yang berani dan mampu menjadikannya ratu sehari.
Pesta pernikahanpun digelar dengan meriah banyak orang-orang yang datang dari pihak mempelai pria maupun dari mempelai wanita, termasuk dengan gue. Gue datang ke pernikahan wanita yang gue suka kurang lebih enam tahun lamanya, meski berat gue harus datang dan ingin datang sebagai penanda restu dan do’a untuk kebahagiaannya.
Sebenernya ga penting-penting amat gue datang atau tidak buatnya namun gue ingin hadir dan melepasnya dengan senyuman berbahagia dengan pria terbaik pilihannya. Setelah itu gue lega telah hadir dan melewati acara itu meski terkadang gue ingat dia dan gue sadar gue udah gak bisa ngapa-ngapain lagi soal dia, dan hanya merasakan sendiri sakitnya sesak didada ketika ingat kini dia telah enjadi seorang istri.
Tiga tahun kini telah berlalu kini gue berada di ibu kota, kata orang gue sudah banyak berubah mulai dari sikap, fisik , serta perasaan juga, sejak saat itu gue sedikit takut untuk jatuh cinta, gue takut untuk mengenal kembali rasa yang telah ngasih gue rasa perih dan membuat gue tak bisa kemana-mana. Namun akhirnya gue harus tetap melangkah maju dan mulai memantaskan diri untuk seseorang yang kelak diberikan tuhan untuk menemani sisa hidup gue.
Orang baik hanya untuk orang baik, itulah janji Tuhan untuk semua umat manusia jadi jodoh itu adalah cerminan dari diri sendiri, untuk mendapatkan seseorang yang terbaik untuk hidup kita tinggal lihat aja diri sendiri apakah pantas kita dapat yang terbaik. Hidup itu berputar keadaan gue dengan tiga tahun yang lalu sangatlah berbeda.
Sekarang gue ngerasa udah siap untuk meminang seseorang untuk menjadi teman hidup sampai ajal menjemput. Namun jodoh tetap harus dicari bukan ditunggu selama tiga tahun terdapat banyak wanita yang hadir dalam hidup gue sebagai teman, akan tetapi belum ada seorang perempuan yang mampu membuat hati ini teramat berat untuk melepaskannya kepada lelaki lain.
Sampai suatu hari gue bertemu dengan sosok wanita yang luar biasa di sebuah toko buku, sosok wanita yang mampu menggetarkan hati ini kembali. Apakah ini pertanda dari Tuhan bahwa jodoh gue kini ada didepan gue, tanpa sadar gue mendekat dan mengajaknya untuk berkenalan.
“ selamat siang mba ? boleh kenalan ga?” tanya gue yang tiba-tiba datang dihadapnnya. Bukannya dia membalas ia malah menjauh pergi begitu saja. Gue pikir gue ini bodoh amat wanita baik-baik mana yang mau langsung kenalan dengan orang asing kaya gue ini. Lalu wanita itu pergi menuju temannya dan mulai berbisik dengan tatapan yang kurang mengenakan kearah gue, sadar akan hal itu gue mutusin untuk segera pergi.
Gue berjalan keluar dari toko tersebut dan melangkahkan kaki untuk mencari tempat makan, kebetulan gue belum makan dari pagi. Tak jauh dari toko buku tersebut ada tempat makan kesukaan gue namun sepertinya tempat itu sekarang sangat ramai akan pengunjung, tak heran restoran ini cukup populer dikalangan pecinta kuliner. Tapi gue masih beruntung masih tersisa satu meja untuk gue, guepun memesan makanan kesukaan gue ayam goreng dengan bumbu khas restoran ini dan nasi satu pring, sambil nunggu pesanan datang gue kepikiran sama wanita yang ada di toko buku tadi .
”betapa bodohnya tindakan gue tadi” gumamku.
“ mas maaf ganggu sebentar” ucap salah satu pelayan resto.
“ oh ya ada apa mas? Apakah ada masalah dengan pesanan saya?” tanya gue balik.
“tdak mas! Sebentar lagi pesanan mas saya antarkan, namun maaf ya mas, mas bisa berbagi meja ga soalnya kasian ada dua perempuan mau makan namun mejanya udah pada penuh dan mas kan hanya sendiri masih ada tiga kursi kosong buat mereka” jawab pelayan.
“ oh..! ya gak masalah silahkan aja mas” balas gue.
Tak lama datanglah dua wanita tersebut dan ternyata itu adalah wanita yang ada di toko buku tadi, dan ketika mereka duduk dan berhadapan gue, suasananya jadi berbeda. Terlihat mereka tidak nyaman seperti yang satu ingin tetap tinggal karena sudah ingin segera menyantap makanan dan yang satu ingin segera pergi dan pindah ke tempat lain.
Tak ada yang kami bicarakan sampai makanan pesanan gue datang.” Ini mas pesanannya” ucap seorang pelayan sambil menghidangkan makanan tersebut didepanku. Kemudian salah satu wanita itupun memesan makanan namun wanita yang ingin gue ajak kenalan tadi hanya memesan minum, gue liat dia masih merasa risih dengan kehadiran gue yang akhirnya gue mutusin untuk bungkus saja makanannya.
“ Mas! Tolong dibungkus saja makanannya” pinta gue ke pelayan.
“ Baik mas tunggu sebentar” balas pelayan sembari membawa makanan gue buat dibungkus.
“ lah kok mas gak jadi makan disini?” tanya salah satu wanita itu.
“ gak apa-apa mba, lagian gak terlalu lapar ko kebetulan ada keperluan pekerjaan” jawab gue. Dan tiba – tiba suara perut gue bunyi.
“ beneran mas gak lapar? Atau mas keganggu karena ada kita berdua?” tanya wanita itu lagi dengan ekspresi merasa bersalah, dan kulihat yang satunya hanya diam tak memperhatikan. “ tak apa-apa ko! saya bisa makan ditempat lain saya takut ganggu kalian berdua, apa lagi setelah apa yang saya lakukan di toko buku tadi, saya mohon maaf atas prilaku saya yang kurang berkenan” pelayanpun datang menghampiriku dengan membawa sebuah bungkusan ” saya duluan! Mari” terus gue meninggalkan meja dan membayar pesanan gue di kasir.
Dua bulan kemudian gue ada kerja sama bisnis di kota kembang, atau bisa dibilang gue baru mulai bisnis awal karir gue dulu sebagai karyawan diperusahaan yang bergerak dibidang franchise makanan terkenal sebagai marketing, kini gue pengen coba memulai usaha sendiri dengan memulainya dari kota bandung. Tak pernah gue sia-siain waktu selama tiga tahun itu, gue terus mengasah skill gue dalam bidang masak untuk mengapai cita-cita gue nantinya.
Di kota bandung gue bertemu dengan seorang yang bisa diajak kerja sama namanya bapak Haji Dedih, bapak haji dedih ini seorang pembisnis yang cukup berpengalaman dan memiliki beberapa bisnis yang beragam, mulai dari konveksi, kuliner sampai Olshop yang kini diurus oleh anaknya. Gue bisa kenal dengan orang hebat ini pas gue ngikut seminar pembisnis muda di bandung satu tahun yang lalu.
gue berencana untuk mendirikan sebuah toko roti di bandung bersama bapak haji dedih, kita berdua sudah sering bertemu di bandung untuk berdiskusi tentang kerja sama yang akan kita lakukan setelah beberapa proposal yang gue ajuin, dan akhirnya gue sekarang udah dapat tempat untuk memulai toko gue dan hal hal lainnya yang diperlukan untuk menjalankan bisnis ini.
Kini gue telah sepenuhnya berhenti dari pekerjaan gue dan memulai bisnis ini, namun sayangnya tiga bulan pertama gue mengalami kendala mulai dari bahan baku, pegawai, dan modal dan permasalahan lainnya yang datang diluar perkiraan, dan hal itu membuat gue frustasi dan sempat kehilangan semangat hampir 70% tabungan gue gunain untuk ngejalanin bisnis ini namun gak ada sama sekali kemajuan.
Gue kebingungan menghadapi ini semua, karena sudah hampir dua minggu toko roti gue tutup dan beberapa karyawan terpaksa berhenti dan pergi ketempat lain, meski masih ada karyawan yang setia menunggu toko roti ini buka kembali. Di saat-saat seperti itu datanglah pak haji dedih datang menasihatiku untuk tidak menyerah.
“ kamu tak boleh nyerah na Kian! Kamu pasti bisa melewati ini semua” ucap haji Dedih nasehatin gue.
“ saya bingung harus bagaimana lagi pak!, tabungan saya hanya tinggal sedikit lagi dan usaha saya hanya begini-begini saja” keluh gue.
“ hey na, kau pikir kamu saja yang mengalami hal seperti ini! Dulu bapak juga sempat mengalami jatuh malah lebih buruk dari ini, dulu bapak sampai kehilangan rumah serta harus berpisah dari keluarga bapak untuk sementara! Namun bapak tak pernah menyerah karena bapak yakin Allah SWT sudah mengatur segalanya kita hanya tinggal menjalani dan berusaha sebaik mungkin” ucapnya nasehatin gue.
Mendengar cerita pak haji gue hanya terdiam dan merenungkan apa yang dia katakan. “Na selalu ingat ada Allah bersama kita jangan lupa itu!” ucap pak haji. Mendengar itu gue mulai berpikir betapa bodohnya gue, begitu sombongnya gue memulai sesuatu tanpa meminta bantuan pada sang pemilik segalanya. Setelah mendengar nasehat itu gue merasa semangat gue mulai menyala kembali dan mencoba memulai bisnis kembali dengan hati penuh keyakinan bahwa Allah SWT akan selalu ada untuk orang-orang yang taat kepadanya.
Dengan sisa tabungan yang ada gue mencoba menjalankan toko roti ini kembali, meski tak sebanyak karyawan sebelumnya tapi dengan mereka gue rasa cukup untuk menjalankan toko ini kembali. Di pagi hari setelah sholat subuh, gue berangkat untuk membuka dan mempersiapkan toko roti dengan semangat. Tak lama setelah toko buka seorang wanita bersama anaknya datang ke toko roti gue.
Astaga dia adalah kharisma, perempuan yang membuatku patah hati tiga tahun yang lalu, kini dia telah memiliki anak laki-laki yang tampan dan lucu “ kini kau telah bahagia kawanku selamat” dalam hatiku bergumam.
“ Maaf mas ini toko roti kan?” Tanya Kharisma. Gue sempat membisu ketika dia bertanya dan sepertinya dia tak ngenalin gue sama sekali.” Mas..! hallo Mas” sapa kaharisma sabil melambaikan tangannya.
“ Oh ya maaf, iya ini toko roti mba mau beli roti apa?” tanya gue.
“ gini mas saya mau pesan roti sebanyak 300 buah roti untuk acara ulang tahun anak saya apakah toko ini bisa nyediain dengan jumlah segitu?”
“ untuk kapan mba rotinya?” tanya gue.
“ sektiar delapan harian lagi mas “ jawab kharisma.
“ kayanya bisa mba” balasku menyanggupi permintaanya.
Kita berdua berbincang mengenai rasa dan jenis roti yang akan dia pesan di acara ultah anaknya dan berakhir dengan kesepakatan dengan harga yang cukup memuaskan.
“ mas sebelumnya apakah kita pernah bertemu?” tanya kharisma.
“ gak tahu mba emangnya kenapa?” jawabku pura-pura gak tahu padahal kurang lebih 6 tahun gue ma dia sering bareng.
“ engga soalnya dari suara mas kayanya mirip sama teman saya, tapi rasanya ga mungkin jika diliat dari penampilan jauh berbeda dengan teman saya” Ucapnnya.
“ masa sih mba ? emang teman mba seperti apa?” tanya gue .
Kemudian ia mengambil handphonenya dan melihatkan foto dari kontak bbmnya, terlihat foto gue saat tubuh gue berada dalam berat 110Kg pada tiga tahun yang lalu, kini berat badan gue berada pada 65kg ya pasti dia gak bakal kenal, dan sengaja semua medsos gue ga gue pasang foto yang sekarang dan selalu menggunakan foto gue masih gede.
“ Beda banget kan!” ucap Kharisma.
“ya jelas sangat berbeda mba, mungkin suaranya sama sedikit denganku” balasku.
“ ya udah gitu aja ya mas, dan ini untuk uang Dp nya” dan setelah memberikan DP Kharisma pergi keluar dari toko ku untuk membeli keperluan lainnya. “Terima kasih ya Allah dengan rezeki yang kau berikan pada hambamu ini” gumam gue dalam hati.
Sejak saat itu toko gue mulai memiliki pelanggan tetap yang suka dengan roti dari toko gue dan hari dimana gue harus nganterin 300 buah roti ke sebuah rumah dikota bandung, gue lihat rumahnya sangat besar dan dihalaman rumahnya tersusun dengan rapih balon yang menghiasi halamannya, kini ia menjadi keluarga yang makmur bersama pria yang membuatku patah hati dulu meski sedikit terusik hati ini ikut senang dengan pencapaian kharisma dengan keluarganya.
Hari itu gue disambut suaminya dan mengantarkan pesanan keluarga mereka, saat itu kharisma sedang sibuk mengurusi hal lainnya. Setelah selesai memindahkan roti-roti itu dari mobil kerumahnya barulah kharisma datang untuk memberikan sisa uang pembayarannya.
“ makasih ya mas. Kayanya rotinya enak-enak” ucapnya sembari memberikan uang.
“ya sama-sama mba, terima kasih juga sudah pesan dari toko kami!” balas gue.
“ oh ya mas makan disini dulu ya, itung-itung rasa terima kasih saya udah memenuhi pesanan saya” tawar kharisma.
“ terima kasih tawarannya mba saya masih ada yang harus dikerjakan di toko jadi saya gak bisa” tolak gue.
“ ya padahal saya hanya ingin berterima kasih mas “ ucapnya dengan ekspresi menyesal.
“ ya cukup saya minta mba promoin roti saya di medsos dengan hastag #CastopheliaFreshBread” ucap gue. Sejenak kharisma terdiam dan menatap kearah gue “ Castophelia?” ucapnya dengan ekspresi penuh tanya. “ ya mba itu kepanjangan dari CFB nama toko kami, kalo gitu saya mohon pamit mba” kharisma hanya diam dan gue akhirnya pergi dari rumahnya.
Menurut gue dia sadar siapa gue karena dia pasti tahu dalam hidupnya hanya satu orang yang menggunakan sebuah nama Castophelia yaitu gue Kian Ali Wibiksana seorang yang dia anggap sebagai teman terbaiknya namun tak bisa ia balas cintanya. Kini bisnis mulai bergerak kembali dan omset bisnis gue terus meningkat.
Untuk kelanjutan dari Kianisa di tunggu aja di hari Jum'at Sd Minggu pasti di Update jika penasaran bisa langsung kunjungi Castophelia dan jangan lupa nanti malam Gray Cloud part 2 akan zonaiya posting share kalo cerita in menarik ya
0 Response to "Kianisa"
Post a Comment