Kianisa : Putri Kania NIsa
Cerita Sebelumnya Bisa di Lihat Di sini : Kianisa
Ketika bisnis mulai stabil tiba-tiba pak haji dedih telpon gue dan mengundang gue kerumahnya katanya sih ada acara, sebagai rekan bisnis yang baik gue harus dateng ke acara tersebut lagian gue banyak hutang budi sama pak haji dedih ini gak enak kalo ga memenuhi undangannya. Malampun tiba gue pergi kerumah pak haji setelah sholat isya dan Ini bukan pertama kalinya gue datang kerumah pak haji dedih namun rasanya saat ini aga sedikit berbeda.
“ Assalamualaikum” Salamku ketika gue ketuk pintu rumahnya.
“ Wa’alaikum salam” jawab seorang perempuan dari balik pintu. Dan pintupun terbuka kulihat sosok wanita yang pernah gue temui beberapa bulan yang lalu. belum sempat gue sapa tiba-tiba pintu ditutup dengan keras dan hampir kena muka gue “ untung gak kena muka gue” ucapku dalam hati. Tapi kenapa wanita itu ada dirumah pak haji dedih padahal sebelumnya dia ga pernah kelihatan di rumah ini.
Dan tak lama kemudian pintu kembali terbuka dan pak haji dedih yang menyambut kedatangan gue, dan beliau mempersilahkan gue masuk disana tak ada banyak orang lain cuman ada istrinya dan pak haji dedih. “ mohon maaf pak haji sebenarnya ini ada acara apa kok gak ada orang lagi?” tanya gue penasaran.” Sebentar ya na kian, bu tolong panggilkan putri kesini!”. Istri pak haji pun pergi keruangan lain, gue pun heran dan hanya menunggu istri pak haji datang sambil ngobrol masalah perkembangan toko roti gue. Datanglah istri pak haji dengan seorang wanita yang membanting pintu tadi. ” Gini na kian sebenarnya kami ingin mengenalkanmu sama anak perempuan kami satu satunya ini” ucap pak haji. Gue jadi bingung dan menerka arah pembicaraan kita nanti.
“ Kenalkan na Kian ini putri kami satu-satunya, Putri Kania Nisa” ucap pak haji memperkenalkan putrinya. “ oh iya kenalkan saya Kian Ali Wibiksana” balasku. Namun ia tetap terlihat cuek gak peduli, sempat pak haji dan istrinya menegurnya dengan prilakunya yang kurang sopan.” Maaf pak haji, Putri mungkin seperti itu gara-gara saya” ucapku menyela “ Gara-gara kamu gimana?” lalu aku menjelaskan kejadian beberapa bulan yang lalu awal aku bertemu putri.
Pak haji dan istrinya mengerti dan hanya tertawa “ jadi begitu ceritanya, maaf ya na kian putri ini emang cuek anaknya namun dia anak baik ko, sebagai orang tua kami bisa menjaminnya” ucap pak haji. Lalu istri pak haji mengusulkan untuk meninggalkan kami berdua. Kini hanya ada kami berdua di ruang tamu ini.
“ loe ngapain dateng kesini ?” tanya putri dengan nada sinis. Mendengar itu gue cukup kaget dari penampilannya yang anggun dengan jilbab yang menutupi rambutnya ternyata dia bisa berbicara seperti itu. “ gue kan diundang sama pak haji” balas gue. “ loe tau ga kenapa loe diundang kesini?” tanya dia lagi. Dan gue cuman bisa geleng-geleng kepala.” Gue kasih tau ya papah mau gue nikah ama loe”. Gue pun bingung dan cuman bisa berkata “ Terus?”. “ ya gue gak mau lah, nikah ama loe” balasnya dengan nada sewot.
Gue hanya diam dan cuman tersenyum. “ apaan loe senyum-senyum” ucapnya.”hmm, ya sudah kalo emang loe ga mau gue bakalan tolak juga tawaran pak haji” balas gue. “ bagus kalo loe ngerti“. Kemudian pak haji dan istirinya datang menghampiri kami “ Bagaimana dengan putri na kian?” tanya pak haji.“ putri memang anak yang baik pak haji” jawab gue” namun gini pak haji mohon maaf sebesar-besarnya sepertinya saya harus segera pulang, katanya ada kerabat saya nungguin dirumah” tambah gue dengan sedikit berbohong. Pak haji berusaha menahanku untuk pulang namun akhirnya beliau mengerti meski beliau terlihat kecewa dengan kepergianku tanpa menyampaikan maksud sebenarnya.
Seminggu kemudian pak haji datang ke toko gue bersama putri, dan aku mempersilahkan mereka duduk di sofa yang ada di toko dan menyambut mereka, kami mulai membuka percakapan mengenai permasalah bisnis dan selama gue ngobrol sama pak haji gue liat putri hanya memperhatikan toko gue. Kemudian pak haji menitipkan putri sebentar karena dia mau mengurus beberapa masalah mengenai bisnis kami, tadinya gue mau ikut cuman dia larang kalo gue ikut gak ada yang nemenin putri katanya.
Kini kami berada dalam keadaan berdua ditengah ramainya pengunjung, dan gue mulai membuka percakapan duluan dan menawarkan roti kepadanya.
“ Oh ya put loe tunggu sebentar ya” ucapku sambil pergi ke tempat pembuatan roti dibelakang toko gue. Dia cuman diam dan mengangguk. Dan gue kembali sembari membawa beberapa roti yang baru di angkat dari panganggan “ ni put loe harus coba roti buatan toko gue”ucap guge sambil menyajikan roti diatas meja dekat sofa.
“ Kian gue mau minta maaf” ucap putri singkat. Gue jadi bingung sendiri ni anak kenapa kemarin kemarin garangnya minta ampun sekarang ko ciut gini. “ Ya minta maaf untuk apa?” tanya gue.” Ya gue minta maaf atas sikap gue jutek sama loe”.” Oh gak pa pa kok santai aja, oh ya cobain dong rotinya” dia hanya mengangguk dan membawa sepotong roti untuk ia makan “ Bagaimana ? enak ga put?” tanya gue penasaran. Setelah memakan satu roti itu gue liat pipinya yang memerah terlihat sangat lucu. Sadar gue perhatiin ekspresinya dengan cepat dia menoleh kearah gue dan itu membuat gue kaget dan salting “ enak ko rotinya beneran enak banget” ucapnya sambil tersenyum. Pertama kali gue liat ekspresinya yang seperti itu” ko hati gue jadi aneh gini”.
Sadar liat gue bengong didepannya “ Hey kian loe kenapa?” tanya putri sembari melambai-lambai tangannya didepan muka gue “ loe cantik banget put” ucap gue spontan dengan nada pelan. Dan akhirnya kita berakhir dalam situasi membisu ditengah keramaian pengunjung, dalam diam sulit untuk memulai lagi percakapan kini suasana menjadi serba canggung.
“ Kian!” tiba-tiba putri memanggil.” Ia ada apa put?” tanya gue sambil menoleh kearahnya. Kemudian gue liat dia hanya menundukan kepalanya.” Put loe kenapa?ko malah diem aja”tanya gue lagi yang heran dengan sikap Putri. Kemudian dia mengangkat wajahnya dan menoleh kearahnya dan tiba-tiba mulai tersenyum kembali “ Ga apa-apa ko, biar papah aja nanti yang bicara”. Gue jadi bingung sendiri dengan sikap putri dan menerka-nerka apa yang ingin dibicarakan sebenarnya.” Oh ya Kian kayanya gue mau pergi duluan! Ntar bilangin ke papah kalo gue udah pulang ya” ucap putri sembari siap-siap untuk pergi.” Mau gue anter pulang put?”.” Gak usah! Gue bisa pulang sendiri ko, Cuma boleh minta rotinya lagi ga hee” dan akhirnya dia pulang dan perasaan anehpun muncul kembali.
Kini entah kenapa putri jadi sering dateng ke toko roti gue dengan alasan disuruh pak haji atau sekedar mampir bareng temennya untuk membeli roti. Sampai suatu hari Putri datang menyampaikan pesan dari pak haji untuk datang ke rumahnya untuk makan malam. Dan malamnya gue dateng memenuhi undangan tersebut, kali ini suasananya amat berbeda dari yang terakhir kali gue datang, Kali ini putri benar-benar menyambut kedatangan gue, dan entah dimulai kapan rasanya gue jadi akrab sama putri.
Setelah makan malam selesai seperti biasa gue diajak keruang tamu untuk sekedar berbincang-bincang,.
“ nak kian! Menurut mu bagaimana masakan tadi?” tanya pak haji.
“ Rasanya enak pak! Apa lagi ayamnya saya suka banget pak” jawab gue.
“ bagus kalo kamu suka masakannya haha” balas pak haji sambil tertawa.
“ pak haji beruntung punya istri pintar masak” ucap gue memuji.
“ alhamdullilah na kian, cuman masakan tadi bukan buatan istri saya loh” kemudian putri datang dengan membawakan dua gelas air dan beberapa cemilan, “ Ni dia juru masaknya dah dateng”ucap pak haji sambil memandang anak sulungnya.
“ ih apaan si papah” balas putri yang tersipu malu didepan gue. Lalu putri pun duduk didekat ayahnya. Tiba-tiba raut wajah pak haji menjadi serius “ gini na kian bapak mau nanya serius sama kamu boleh?”. “ boleh pak haji mang mau nanya apa ?” tanya gue balik.” Gini kamu mau ga jagain anak bapak satu-satunya ini?”. Tanya pak haji dengan nada serius” jaga gimana maksudnya pak?” tanya gue pura-pura gak ngerti. “ iya maksud bapak kamu nikah sama putri”. Mendengar itu gue langsung neglirik putri namun putri hanya menundukan kepalanya.”bukannya gak mau sih, cuman jelas-jelas si putri gak mau nikah ma gue” ucap gue dalam hati.
Dengan raut wajah seserius mungkin gue mencoba menjelaskan kepada pak haji bahawa gue gak bisa nikah sama putri namun ditengah-tengah penjelasan putri memotong pembicaraan gue sama pak haji dan meminta waktu untuk berbicara empat mata sama gue. Setelah pak haji dedih meninggalkan kami berdua untuk bicara, tapi putri hanya diam.
“ Hey put kok diem gimana ni urusannya?” tanya gue.
“ Kian..aku ingin kamu lupain yang aku katakan dulu” jawabnya malu malu.
“ loh ko bahasanya jadi aku kamu gini ? gak kaya biasanya “ tanya gue dengan nada mengejek
Tiba-tiba dia menatap mataku dengan tatapan tajam dan dengan muka serius.” Aku serius kian, aku ingin kamu lupain waktu aku bilang gak mau dijodohin sama kamu” jawabnya dengan serius.
“ Maksud kamu, kamu nerima dijodohin ma aku?” tanya gue lagi yang ikut-ikutan jadi aku kamu.
“ tuh kamu juga jadi aku kamu hahaha” balasnya sambil tertawa.
“ ya nyesuaiin sama lawan bicaranya kali put” balas gue dengan wajah datar.” Terus gimana dengan masalah perjodohannya ?” tanya gue lagi.
“ akumah udah nyerahin semuanya sama papah, kalo papah emang pilih kamu berarti kamu memang yang terbaik untuku” jawab putri.
“ jadi kamu mau nikah ma aku karena ayahmu gitu?” tanya gue mastiin.
“ iih kenapa sih kamu gak peka banget” jawabnya sengan raut muka sebal sambil ninggalin gue gitu aja. Dan pak haji pun datang “ putrinya kemana? Ko na kian sendirian?” .” hehe kayanya putrinya ngambek pak” jawab gue. Dan kami berdua berbincang-bincang mengenai maksud pak haji dan menerima perjodohan ini dengan syarat gue gak ingin putri tau kalo gue bakalan nikahin dia dan jadiin dia pendamping hidupku selamanya.
Setelah hari itu gue pulang ke kampung halaman gue untuk menemui kedua orang tua gue dan menyampaikan maksud baik gue untuk melamar seseorang yang menurut gue telah di persiapkan oleh Allah SWT untuk gue. Namun orang tua gue ngerasa harus bertemu dulu dengan Putri dan berbagai pertanyaan masalah ini itu, bebet bobot dan lain lain. disini gue hanya bisa ngasih liat sebatas foto di handphone gue dan ngeyakinin orang tua gue bahwa putri insyaallah yang terbaik untuk gue meski gue belum mengenal dia lebih jauh namun ayahnya yaitu Pak haji Dedih gue jadiin referensi untuk ngeyakinin orang tua gue bahwa insyaallah Putrilah yang terbaik.
0 Response to "Kianisa : Putri Kania NIsa"
Post a Comment