Kianisa : Jodoh



Cerita sebelumnya bisa kalian baca disini  

Setelah orang tua gue merestui gue untuk ngelamar putri dua minggu kemudian, gue ngasih kabar pak haji dedih bahwa  gue bakalan datang bawa kedua ortu gue dan beberapa keluarga untuk datang melamar putri namun pak haji dedih  meminta gue datang di siang hari . Pagi-pagi sekitar jam 10.00 kami telah datang di kediaman Pak Haji Dedih dan alhamdullilah kedatangan kami disambut dengan baik sehingga memberikan respon yang baik untuk keluargaku.

Kami sekeluarga dan calon keluarga baru kami semuanya telah berkumpul gue lihat ada beberapa kerabat dari pak haji dedih, dalam preosesi lamaran ini semuanya udah gue siapin mulai dari hadiah dan bawaan-bawaan lainnya untuk putri calon teman hidup gue. namun dari tadi gue gak liat putri sama sekali sampaI ibunya memanggil gue  dan menceritakan bahwa putri ga mau keluar kamar. “ waduh jangan-jangan dia berubah pikiran” pikir gue. Dan gue berinisiatif untuk nyamperin putri ke kamarnya.

Gue liat kamar putri tertutup dan terkunci rapat. Gue coba ketuk pintu kamarnya namun tak terbuka sama sekali.

“ Assalamualaikum Put...Put...Put ini Kian buka pintunya dong”. Namun tetap ga ada balesan.
“ Put buka dong put kalo ga dibuka gue dobrak loh” ancam gue. Namun tetap ta ada respon. Karena gue khawatir takut terjadi apa-apa sama dia gue berencana mendobrak kamarnya. “ Put gue Dobrak ya 1....2....3” gue langsung ngerahin semua tenaga dan badan gue untuk mendobrak pintu kamar putri. Namun Tiba-tiba kamar putri terbuka dan alhasil gue terjatuh dilantai kamarnya.

“ Awww” teriak gue pelan kesakitan
“ KIAN!! Kamu ga apa apa ?” tanya putri khawatir.
“ ga apa apa gimana, ni sakit” protes gue sambil nunjukin siku gue yang kesakitan.
“ Maaf kian maaf ya” pinta putri menyesal.
“ Kenapa sih gak mau keluar padahal ini acara lamaranmu?” tanya gue.
“ aku gak mau nikah sama orang lain kian” jawab putri. “ Apa yang dia maksud dengan orang lain?” tanya gue dalam hati.
“  Emang kamu mau dilamar sama siapa put?” tanya gue pura-pura ga tau.

“ Entah lah kian, aku tak tahu waktu kamu terakhir pergi papah hanya diam kepadaku dan tiba-tiba kemarin dia berkata bahwa hari ini akan ada yang lamar aku” jawab putri yang matanya mulai berkaca-kaca.dan tiba-tiba putri menatapku dengan tajam” Kian kenapa ? kenapa kamu tak mau nikahin aku?” tanya putri sambil meneteskan air mata. “ Siapa yang gak mau nikah ama kamu put” ucapku dalam hati.

“ Put dengerin ya jodoh, rezeki dan Mati telah diatur oleh Allah SWT kita hanya bisa menjalani saja, aku yakin inilah yang terbaik untuk kamu” ucapku menasehati putri.
“ tapi aku mau sama kamu kian hanya kamu, tolong bawa aku keluar bersamamu” pinta putri. Ingin sekali gue kasih tau ke putri gue itu yang bakal jadi suaminya.  Namun gue masih sedikit ingin main-main.

“    Astagfirulloh put kamu ga boleh kaya gitu, aku berani jamin orang yang bakal nikah sama kamu adalah orang yang terbaik buat kamu, insyaallah kamu pasti bahagia bersamanya”. Dia hanya diam  dan tertunduk. Air mata terus berjatuhan dari matanya dan berkata dengan sendu “ jadi kamu benar-benar gak mau sama aku”. Kemudian dia bangkit dan memintaku keluar dari kamarnya dia berkata mau ganti baju dulu . dengan rasa cemas gue nunggu dia didepan kamar cukup lama, saat  itu gue juga takut dia kenapa-napa untuk mastiin gue sempat manggil dia dari depan pintu kamarnya untungnya dia masih menjawab.

Ibunyapun menyusul gue dan menunggu putri didepan kamar bersama gue. Pintupun terbuka dan putri nampak cantik sekali “ nah seperti itu na kamu cantik sekali, ibu jamin kamu pasti bahagia bersama calon mu nanti” ucap ibunya. “ putri lakuin ini supaya putri gak bikin malu papah mah” balas putri . Dan gue hanya diam dan mengikuti putri dan ibunya dari belakang ke tempat keluarga.
Gue liat putri melirik sekitar terlihat seperti kebingungan dan mulai berbisik pada ayah dan ibunya, terus tiba-tiba dia melihat kearahku dengan tajam. Gue cuman bisa tersenyum manis dilihatnya ”wah keliatannya dia marah nih hehe” Ucap gue dalam hati. Dan ekspresi yang dia tunjukin sama gue wajah yang penuh dendam namun tak menunjukan tanda-tanda bahaya”. Proses lamaranpun berjalan lancar dan ketika kami merencanakan tanggal pernikahan pak haji dedih meminta untuk menikahkan Putri dengan gue hari ini juga. 

Kaget gue, sekarang gue yang kebingungan. “ tapi pak haji kalo sekarang saya belum ada persiapan” ucap gue.” Persiapan apa lagi na kian, ayah dan ibumu serta keluargamu sudah ada disini tinggal nikah saja, dan untuk penghulu telah saya siapkan serta urusan resepsi bisa nanti gampang” balas  pak haji. Keluargapun bingung karena belum semua anggota keluarga hadir disini, namun setelah pak haji meyakinkan keluarga gue  semuanya akan baik-baik saja akhirnya keluarga gue menyerahkan semuanya kepada gue. Dan ketika gue liat putri dia kini tersenyum penuh kemenangan “ mungkin inilah yang terbaik bismillahirohmannirohim”  ucap dan do’a gue dalam hati. Dan gue pun menyanggupinya.

Kemudian gue duduk bersebelahan dengan putri didepan gue ada bapak penghulu dan disebelah kiri ada saksi dari keluarga gue dan disebelah kanannya ada pak haji dedih yang setelah ini akan menjadi ayah kedua gue. “ Baik sekarang tirukan kata-kata saya!” ucap bapak penghulu “ Dengan ini saya Kian Ali Wibiksana, menikahi Putri Kaniya Nisa binti Dedih Sunandar dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan kalung emas sepuluh gram”.

Sambil bersalaman dengan Pak Haji Dedih gue melafalkan kalimat sakral itu ” Dengan ini saya Kian Ali Wibiksana, menikahi Putri Kania Nisa binti Dedih Sunandar dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan kalung emas sepuluh gram” ucap gue lancar Alhamdullilah.

Selanjutnya bapak penghulu mempersilahkan Pak haji dedih untuk mengikuti kata-katanya “ untuk wali pengantin wanita tolong tirukan saya. Saya terima nikahnya anak saya yang bernama Putri Kania Nisa dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan kalung emas sepuluh gram”.  Tiba-tiba pandangan pak haji dedih kepadaku berubah menjadi serius dan tangannya sangat erat dan seolah-olah berkata ” aku serahkan putriku satu-satunya kepadamu, jaga, cintai dan sayangi dia jangan engkau pernah sakiti putri tercintaku ini”.

“Saya resmikan kedua mempelai telah sah menjadi sepasang suami istri”.

Ucapan penghulu itu membuat gue tersadar kini gue telah menjadi seorang suami dari istriku yang bernama Putri Kania Nisa. Tiba-tiba saja air mata gue terjatuh begitu saja dan ketika gue liat Istriku diapun juga menjatuhkan air mata haru darimatanya, kemudian kami dipersilahkan untuk berhadapan dan ku kecup keningnya dan saling menatap dengan senyuman tulus.

gue lihat kedua orang tua gue terlihat bahagia dengan pernikahan ini begitu pula dengan keluarga gue yang hadir dan kini gue telah bertemu jodoh yang telah dijanjikan oleh Allah SWT untuk hambanya dan ini merupakan Amanah yang harus gue jaga. Awalnya gue dan keluarga gue bertujuan untuk ngelamar tapi malah langsung dinikahkan sungguh kejutan yang tak terduga namun berakhir dengan senyum bahagia.

Malam Harinya yaitu Malam Pertama bagi kami sepasang pengantin baru. Di dalam kamar yang telah disiapkan oleh kedua mertua gue, kami berdua hanya duduk di pinggiran ranjang yang cukup besar untuk kami berdua. Entah apa yang harus gue lakuin rasanya kaku banget dan canggung.

“ Suamiku!” panggil Putri  istri gue.
“ Ciee Suamiku” balas gue menggoda putri. Tiba-tiba kedua pipinya yang berwarna putih mulai memerah terlihat begitu cantiknya istri gue ini sampai-sampai gue merasa ini hanya mimpi dan tersadar ketika istri gue mecubit pinggang gue atas balasan godaaan gue tadi.
“ aw sakit sayang” ucap gue spontan karena dicubit. “ Ciee panggil sayang haha “ balas istri gue. 
Kitapun tertawa bersama, namun gue masih penasaran mengapa sebelumnya istriku ini jutek banget ini sama gue bisa berubah seperti ini.” Sayang aku ingin nanya sesuatu” ucap gue. “ ciee sayang lagi haha” goda istri gue. “ udah-udah seriusan ni sayang” balas gue.” Hehe iya-iya mau nanya apa emang?” tanya istri gue.

“ sebelumnya kenapa kamu jutek banget  kaya yang benci sama aku?” tanya gue serius.
“ hmm harus dijawab ya?” tanya dia balik.
“ Iya haruslah! ini kan pinta suamimu, sebagai istri kamu harus menjawabnya” ucap gue.
“ Ok!  Aku mau nanya kapan kamu pertama kali bertemu aku?” tanya istri gue.
“ kurang lebih beberapa bulan yang lalu waktu di toko buku itu kan” jawab gue.
“ Sebenernya jauh dari itu kita udah pernah ketemu kok sayang” balas istri gue.
“Kapan emang?” tanya gue kebingungan.
“ Tiga tahun yang lalu” jawabnya. 
 “ tiga tahun lalu? Maksudmu waktu aku masih...” belum sempat gue nyelsain kata-kata gue.” Iya saat masih kamu masih gede  sayang hihi” balasnya memotong sambil mecubit pipi gue.
“ lalu kapan kita bertemunya?” tanya gue.
“ kalo ga saat aku nemenin kaka sepupu tes seleksi CPNS  kemenkumham, malahan kita sempet ngobrol” balasnya.
“  iya aku inget dulu pernah ketemu dua cewek waktu itu dan kita sempet ngobrol lama, tapi perasaan itu bukan kamu kayanya deh sayang”.

“sebentar ya” ucap istri gue dan keluar kamar sebentar. dan dia datang kembali dengan wajah yang merah merona” kamu kenapa ? “ tanya gue heran “ tuh sepupuku ngejekin ko pengantin baru malah keluar kamar katanya” jawabnya. Mendengar itu gue cuman tertawa, kemudian dia memakai sebuah kacamata besar dan menanyakan apakah sudah ingat, akupun tetap menggelengkan kepala. Dan akhirnya ia merasa cukup kesal dan memperlihatkan foto di handphonenya saat tiga tahun yang lalu dan malahan ada foto gue juga yang terbawa disana, barulah gue inget waktu itu kedua gadis itu sedang asik selfie ketika gue datang ke sebuah warung lotek dan ternyata dia adalah jodoh gue.

“ haha lucu ya” ucap gue sambil tertawa.
“ Lucu kenapa?” Tanya istri gue.
“ ya lucu aja ternyata jodoh itu bisa datang dari tempat yang tak disangka” jawab gue.” Terus hubungannya kamu jutek sama aku kenapa?” tanya gue 
“ gak ada “ jawabnya. “ alasan aku jutek beberapa bulan yang lalu itu karena aku sedang menjalani hubungan sama seseorang” tambahnya sambil menundukan kepala.
“ oh maksudmu pacaran” ucap gue.
“ ga pacaran sih..cuman deket aja..malah deket banget” balas istri gue yang masih menundukan kepala.
“ terus karena ada dia kamu gak mau ada aku atau laki-laki lain di hidupmu?” tanya gue. Dan dia cuman menganggukan kepala.
“ terus apa yang terjadi dengan hubunganmu?” tanya gue santai meski dalam hati aga-aga gimana gitu.
“ kamu ga apa-apa denger ini suamiku?” tanya dia baik. Gue cuman bales dengan senyuman sambil menggelengkan kepala.

“ kamu tau kan waktu itu aku bersama cewek di toko buku itu, dia adalah sahabatku, dia adalah teman baiku, tempat curhatku dan kami berdua sudah sangat dekat kaya saudara” ucapnya sambil memasang ekspresi yang sangat kecewa” setelah kamu pergi malam itu sayang, laki-laki yang ku suka itu malamnya mengirim sebuah pesan berisikan Undangan pernikahannya dengan sahabatku” dan air mata mulai terjatuh di pipinya.gue langsung memeluknya dan mencoba menghiburnya ” Udah-udah itu tandanya jodohmu itu aku bukan dia hehe” ucap gue menghibur “ sebenrnya sayang, aku tak keberatan lelaki itu menikah dengan orang lain namun aku hanya merasa sakit ketika sahabatku itu merahasiakan hubungannya bersama lelaki itu disaat dia tahu bahwa aku suka sama laki-laki itu” balas istri gue panjang sambil terisak-isak menangis.

“ mungkin dia hanya bingung dan tak tahu harus berkata apa padamu” ucap gue meghiburnya.” Iya aku juga berpikir seperti itu sayang, aku tak pernah bisa berpikir negatif tentang sahabatku, dan hikmahnya sekarang ada kamu yang akan menemaniku seumur hidupku” jawabnya sambil memegang tanganku dan ia usapkan kepipinya serta menciumnya. “ sayang kau tahu aku juga pernah mengalami patah hati yang hebat” ucap gue “ aku tak mau mendengarnya sayang” balas dia. “ Ih curang” jawab gue.” Hehe bercanda sayang bercanda” balasnya yang mulai tersenyum dan berhenti menangis. “ ayo ceritain aja, kan gak boleh ada yang disembunyiin antara suami dan istri”ucap istri gue.” Kamu tahu saat ketika kita ketemu pas tes CPNS” ucap gue dan dia hanya mengangguk “ Besoknya harinya aku harus datang ke pesta pernikahan orang yang telah aku cintai kurang lebih selama enam tahun” ucap gue sambil tersenyum “ terus gimana kamu dateng?” tanya dia dengan wajah serius” Aku datang dengan membawa kado untuknya, dengan perasaan yang tak menentu dengan ekspresi yang dipaksakan dengan patah hati yang terukir di hati ini” jawab gue panjang. “ tapi akhirnya kamu dapet istri cantik kaya aku kan” balasnya.” Iya dong, lagian setelah hari yang cukup menyakitkan itu aku berjuang, untuk menjadi lebih baik untuk bisa menjadi seperti ini, supaya aku bisa memantaskan diri untuk jodohku nanti yang nyatanya itu adalah kamu wanita pertama dan yang terakhir untuku” ucap gue. Tiba-tiba putri mencium tepat dibibir gue sampai kita berdua terjatuh diatas ranjang dan lampu kamarpun segera dimatikan.

0 Response to "Kianisa : Jodoh"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel